Archive for the ‘ Penyejuk Hati ’ Category

Myself and Themselves

Pada posting kali ini mhstekkomp akan membahas tentang “myself” (menjadi diriku sendiri), dan “themselves” (menjadi dirinya / diri mereka sendiri)…

Secara tidak kita sadari, kita terkadang tidak menjadi diri sendiri, ataupun menginginkan orang lain menjadi apa yang kita inginkan (yang bukan dirinya / diri mereka sendiri).

 

====================================================

Contoh kasus “myself“:

Seorang laki-laki yang sedang tertarik pada seorang perempuan akan berusaha mencari tau apa yang disukai oleh perempuan tersebut, dan melakukan hal-hal yang sebenarnya diluar kebiasaan dan kemampuannya. Misalnya ketika ia tau perempuan tersebut sering mengunjungi club malam, penggemar salah satu boyband, dan hobi olahraga golf, maka laki-laki tersebut berusaha untuk membiasakan juga mengunjungi club malam, berpenampilan seperti anggota boyband tersebut, dan mulai menekuni olahraga golf, meskipun ia sendiri sudah faham, bahwa itu semua diluar kebiasaan dan kemampuannya.

Dalam kasus ini, hal tersebut diatas merupakan hal yang sebenarnya tidak perlu untuk dilakukan, karena jika seseorang ingin mencintai orang lain, ada baiknya ia untuk terlebih dahulu mencintai dirinya sendiri (menjadi diri sendiri). Disamping itu sebagian besar perempuan juga lebih menyukai laki-laki yang apa adanya. Perempuan tersebut mungkin menyukai hal-hal diatas, namun itu bukan berarti dia menginginkan laki-laki yang tertarik padanya juga harus menyukai dan memiliki kebiasaan yang sama.

====================================================

Contoh kasus “themselves”:

Seorang laki-laki menginginkan pasangannya agar berpenampilan seperti anggota girlband idolanya, hobi gaming, dan seperti perempuan lain yang ahli dalam hal kemampuan memasak, meskipun ia sendiri sudah faham bahwa pasangannya tidak memiliki kebiasaan dan kemampuan dalam hal tersebut diatas.

Dalam kasus ini, hal tersebut diatas merupakan hal yang sebenarnya tidak perlu untuk dilakukan, karena jika seseorang mencintai pasangannya dan mengerti apa arti cinta, hendaknya ia menerima pasangannya apa adanya. Tidak ada perempuan yang sempurna di dunia ini, itulah mengapa tidak ada satupun laki-laki yang dapat menjawab ketika perempuan menanyakan “mengapa kau mencintaiku?”.

====================================================

 

Mengapa tidak ada satupun laki-laki yang dapat menjawab ketika perempuan menanyakan “mengapa kau mencintaiku?”, karena mencintai haruslah pada sesuatu yang sempurna yaitu hanya pada Allah, jika pertanyaan tersebut ditanyakan perempuan kepada pasangannya, maka sampai kapanpun tidak akan dapat dijawab, karena pasti ada kekurangan dari indahnya seorang perempuan.

Adapun yang benar bukan seorang laki-laki mencintai pasangannya, tapi seorang laki-laki pasti membutuhkan perempuan untuk selalu menemani disampingnya dan menutupi kekurangan laki-laki tersebut, begitupun sebaliknya (saling melengkapi)…

 

 

SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Ikhtiar dan Tawakkal

Dikutip dari http://thenafi.wordpress.com/2009/02/27/ikhtiar-tawakal-dan-pasrah-kajian-kitab-ihya-ulumuddin/

Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali (dalam kitab Ihya Ulumuddin) memberikan klarifikasi terhadap kita, bahwa yang dimaksud dengan tawakal bukanlah seperti itu, bukanlah hanya dengan berdoa saja, yang pokoknya semua denyut jantungnya diserahkan kepada Tuhan. Bukanlah ini yang disebut tawakal. Malah dikatakan, bahwa hal seperti ini tak lain merupakan sangkaan orang-orang yang bodoh, karena yang demikian itu diharamkan oleh syari’ah kita. Sebaliknya, kita wajib untuk bergerak. Banyak sekali ayat-ayat Alquran yang membahas mengenai hal ini. Allah berfirman:

Dan katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu’min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”. (Q.S. At-Taubah: 105)

Rasulullah pernah menegur tiga komponen sahabatnya berkenaan dengan hal ini. Ketika itu ada yang menyatakan, “Ya Rasulullah, alhamdulillah, ibadahku sudah meningkat, tak pernah lagi melakukan hubungan suami-isteri. Semua itu kulakukan demi untuk berkonsentrasi penuh terhadap cintaku kepadamu lebih dari cintaku kepada istri. Cintaku tak boleh lagi berbagi selain kepadamu.”

Mendengar ini, Rasulullah setengah marah. Beliau pun berkata kepada orang itu, “Aku ini seorang rasul, tetapi juga mempunyai isteri dan anak. Haknya isteri ada pada kita, begitu juga haknya anak.”

Kemudian ada lagi yang datang, lalu menyatakan, “Ya Rasulullah, aku berbahagia, karena aku tak pernah lagi tidur malam. Waktu sepenuhnya aku gunakan untuk salat, serta puasa sepanjang hari.”

Mendengar ini, Rasulullah kemudian berkata, “Bukanlah begitu seharusnya, karena badan ini juga ada haknya.”

Ya, terkadang kita kurang cermat memahami suatu ilmu, sehingga justru orang yang salah mencermati pemahaman ilmu dapat dikatakan lebih berbahaya ketimbang orang yang tidak pernah sama sekali memahami ilmu tersebut. Menurut pendapat saya Ikhtiar dan Tawakkal itu dapat kita lihat dalam ilustrasi gambar dibawah ini.

Ikhtiar_&_Tawakkal

Berikhtiar, kemudian bertawakkal, kemudian berikhtiar lagi, dan kemudian bertawakkal lagi begitu seterusnya. Lalu bagaimana contoh Tawakkalnya? Nah kebetulan mudahnya saya bisa ambil contoh dari diri saya pribadi saja, proses pengerjaan penelitian/skripsi/TA saya. Dalam pengerjaannya saya berusaha membuat sendiri dari nol, namun sewaktu-waktu saya tetap perlu beristirahat, sholat, refreshing, bimbingan dengan pembimbing TA saya, dll. Beristirahat, sholat, refreshing, dan bimbingan itulah contoh bentuk Tawakkal.

Biasanya setelah proses tawakkal itu seharusnya menghasilkan problem baru yang siap untuk diikhtiarkan, karena memang seharusnya begitu, itulah hidup yang berkesinambungan. Seolah kita merasa menjadi makhluk yang paling bermanfaat dengan keberlangsungan rantai Ikhtiar dan Tawakkal tersebut.

Ikhtiar dengan penuh kesungguhan kita mengusahakan penyelesaian suatu permasalahan sampai sekiranya cukup bagi kita untuk saatnya bertawakkal. Beristirahat (tidur) merupakan salah satu bentuk tawakkal, kita berserah diri bahwa jika Allah mengkhendaki yang terbaik, apakah itu kita masih diberikan umur untuk meneruskan penyelesaian permasalahan yang mungkin baru sebagian terselesaikan, ataukah kita diambil (meninggal) dalam tidur kita, dalam keadaan yang sangat mulia karena meninggal ditengah-tengah ikhtiar. Dan sebenarnya dalam beristirahat yang merupakan tawakkal tadi, itu juga bisa dibilang berikhtiar untuk menjaga kondisi kesehatan.

Justru kekeliruan dialami saudara-saudara kita yang berikhtiar tak kenal waktu, mereka melewati beberapa kesempatan bertawakkal yang seharusnya mereka manfaatkan, sering mungkin kita melihat saudara-saudara kita yang rela untuk telat tidur malam hanya demi sebuah tugas. Sebenarnya itu justru menunjukkan kelemahan mereka dalam lemahnya kemampuan manajemen waktu mereka.

Dan menurut saya, seorang yang cukup adil membagi waktu ikhtiar dan tawakkalnya, saya anggap ia adalah contoh professional yang sesungguhnya.